Puisi Esai, Genre Baru dalam Kesusastraan Indonesia




        Saat ini, dunia sastra Indonesia sedikit menggeliat dengan hadirnya gaya baru penulisan puisi. Gaya penulisan yang cenderung berbeda dibanding pakem penulisan puisi pada umumnya. Jenis puisi ini dipelopori oleh Denny JA-seorang konsultan politik sekaligus pegiat media sosial- yang turut menceburkan diri dalam hingar bingar alam sastrawi Indonesia. Puisi dengan gaya baru itu dikenal dengan sebutan puisi esai.

Pada dasarnya, puisi sebagai ragam sastra memiliki bahasa yang terikat oleh irama, rima, serta penyusunan bait dan baris. Namun, puisi esai kemudian muncul ke permukaan. Ia lantas merubah semua paradigma baku tentang puisi. Puisi bukan lagi sesuatu yang konotasi, tetapi ia komunikatif. Puisi tak lagi berbahasa kias tetapi ungkapan jiwa yang maksudnya mudah dipahami oleh pembaca.

Puisi esai adalah genre baru dalam kesustraan di Indonesia. Ia lahir dari keresahan seorang Denny JA tentang pemaknaan realitas kehidupan yang tertuang dalam puisi. Salah satu keresahan itu adalah keinginannya agar puisi bisa semakin dekat dengan masyarakat. Tidak dibatasi oleh tembok lambang dan simbol bunyi bahasa yang besar dan sukar dipahami. 

Secara bentuk, puisi esai seperti cerpen panjang atau sebuah novel, ditulis dalam bentuk bait-bait puisi tetapi mempunyai alur cerita, latar, tokoh serta amanat. Tidak hanya itu, dari segi unsur intrinsik dan ekstrinsiknya maka puisi esai memasukkan fakta yang terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan catatan kaki yang merupakan syarat mutlak atau ciri utama dari puisi esai.

Mengapa ada catatan kaki? Menurut Denny JA, catatan kaki dalam puisi esai adalah upaya untuk mengangkat sebuah realitas kehidupan hasil dari riset. Kebutuhan akan riset memungkinkan puisi esai mengangkat kisah kehidupan manusia dalam suatu bingkai sosial. Di dalamnya hadir sebuah realitas yang menjangkau sisi historis juga sosial masyarakat. Untuk itulah catatan kaki hadir sebagai pembuktian.

Begitu banyak fenomena sosial terjadi di sekitar kita. Peristiwa yang ada di setiap fenomana itu baiknya diceritakan. Maka puisi esai dapat menjadi referensi baru yang menarik untuk membawa setiap fenomana maupun peristiwa sosial tersebut ke dalam bentuk karya sastra. Lewat puisi esai, penyair dituntut menghadirkan realitas yang sesungguhnya. Uniknya, penyajiannya dalam bentuk fiksi tetapi didukung dengan data valid hasil penelusuran yang disertai catatan kaki. 

Ketika kumpulan puisi esai pertama Denny JA terbit pada Maret 2012, suara pro dan kontra langsung menyeruak ke permukaan. Banyak kalangan terutama pegiat sastra lantas menyikapi kehadiran puisi esai tersebut dengan berbagai komentarnya. Orang-orang yang mendukung merasa optimis bahwa puisi esai dapat menjadi terobosan positif untuk mendekatkan masyarakat dengan puisi secara lebih sederhana, jelas, dan dekat. Puisi esai telah dianggap menjadi penanda perubahan besar dalam kesusastraan dunia dalam abad ini. Puisi esai adalah imajinasi positif yang perlu mendapat ruang lebih luas lagi.

Namun, di kalangan penentangnya, puisi esai ditolak dengan berbagai dalil dan argumen. Penolakan itu sampai menimbulkan perdebatan yang panjang bahkan sampai saat ini. Salah satu poin penolakannya bahwa karakteristik yang dipakai dalam puisi esai tidak terpenuhi. Yang digunakan dalam puisi esai Deny JA adalah karakteristik puisi naratif dengan plot, tokoh, dan cerita di dalamnya. Juga masalah catatan kaki yang oleh penentangnya dianggap bukan ciri keharusan dalam sebuah esai karena esai kerap tidak mencantumkan catatan kaki di dalamnya. 

Meskipun segala kritikan pedas terus menghantam puisi esai dan pegiatnya tetapi kita perlu mengapresiasinya dengan baik. Bahwa kehadirannya adalah langkah positif untuk memajukan sastra di Indonesia. Hadirnya puisi esai membuat khazanah kesusatraan Indonesia semakin bertambah. Referensi sastra Indonesia semakin beragam. Tak ayal lagi, cita rasa terhadap puisi pun semakin manis dan beraroma harum. 

Pun, terlepas dari misi seorang Deny JA untuk mempopulerkan puisi esai dengan caranya sendiri, kita juga harus mengakui bahwa puisi esai layak disebut sebagai genre baru perpuisian di Indonesia. Kita harus yakin puisi esai akan menjadi genre puisi yang digemari oleh semua kalangan. Dan ke depan kita juga harus memastikan akan banyak muncul penyair-penyair yang mengangkat genre puisi esai dalam karya-karya mereka. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggunaan Jalan, Jln., atau Jl. dalam Penulisan Surat

Soal Artikel, Kritik, dan Esai