10 Cara Pengembangan Paragraf


Ide pokok sebuah paragraf akan jelas apabila dirinci dengan ide-ide penjelas. Jika tidak demikian, maka paragraf itu hanya dibangun oleh satu buah kalimat. Hal ini tentu tidak sesuai dengan pengertian paragraf di depan. Oleh karena itu, maka kalimat topik harus didukung oleh sejumlah kalimat penjelas. 

Menurut Thoir dkk. (1988:17-20) bahwa ada sepuluh cara atau urutan pengembangan paragraf. Adapun urut-urutan pengembangan paragraf tersebut adalah seperti di bawah ini. 

(1) Urutan Waktu yang Logis (Kronologis) 

Dalam hal ini sebuah paragraf disusun berdasarkan urutan waktu yang logis atau kronologis yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan. Paragraf semacam ini umum digunakan dalam tulisan yang berbentuk sejarah atau kisah. Dalam tulisan seperti ini setiap peristiwa, perbuatan, atau tindakan harus dijelaskan berdasarkan patokan waktu yang jelas. Di samping itu, diusahakan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya didukung oleh urutan waktu yang runut. 

(2) Urutan Ruang 

Urutan ruang (spasial) ini lebih menonjolkan tempat suatu peristiwa berlangsung. Pengembangan paragraf seperti ini membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam satu ruang. Oleh karena itu, sebaliknya pengembangan paragraf dilakukan dengan memberikan keterangan tentang keadaan tempat di sekitar, batas–batasnya, atas-bawah, di samping, di depan, di muka, di belakang, di sudut, dan sebagainya. 

(3) Urutan Umum ke Khusus 

Pada model pengembangan paragraf dengan urutan umum ke khusus, kalimat topik biasanya diletakkan di awal (paragraf). Dalam hal ini kalimat topik pada awal paragraf masih bersifat umum, kemudian kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya berfungsi menjelaskan ide pokok tadi sehingga lebih bersifat khusus. Pengembangan paragraf seperti ini sering disebut mengikuti urutan deduktif-induktuf. 

(4) Urutan Khusus ke Umum 

Pengembangan paragraf dengan urutan khusu ke umum, yakni menempatkan kalimat topik pada akhir (paragraf). Di sini, kalimat pertama, kedua, dan seterusnya dalam paragraf tersebut mengungkapkan ciri-ciri khusus sebuah persoalan. Selanjutnya, pada bagian paragraf disajikan kalimat yang memuat ciri persoalan tadi secara umum yang merupakan simpulan uraian sebelumnya. Pengembangan paragraf semacam ini dikatakan mengikuti pola induktif-deduktif.  

(5) Urutan Pertanyaan – Jawaban 

Ide pokok dalam paragraf yang dikembangkan dengan model ini disajikan dalam bentuk pertanyaan. Kemudian kalimat-kalimat berikutnya berfungsi menjawab pertanyaan tadi sehingga paragraf tersebut tetap merupakan satu kesatuan yang utuh. Cara pengembangan seperti ini dapat dianggap logis apabila kalimat-kalimat penjelas dapat menjawab pertanyaan tadi dengan tuntas. 

(6) Urutan Sebab–Akibat 

Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab–akibat. Pengembangan paragraf yang mengikuti urutan sebab akibat biasanya diawali oleh beberapa kalimat yang mengungkapkan sejumlah alternatif sebagai sebab. Selanjutnya, pada akhir paragraf dusajikan kalimat yang mengungkapkan akibat. Dengan demikian, maka satu paragraf terkandung satu ide pokok secara padu dan koheren. 

(7) Urutan Akibat–Sebab 

Di samping itu, hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat pula berbentuk akibat–sebab. Dalam hal ini akibat dapat berfungsi sebagai ide pokok dan untuk memahami akibat ini dikemukakan sejumlah penyebab sebagai rinciannya. Pengembangan paragraf seperti ini biasanya lebih menekankan penonjolan akibat, kemudian baru menelusuri sebab–sebabnya. 

(8) Urutan Pernyataan–Alasan, Contoh, dan Ilustrasi 

Paragraf semacam ini diawali dengan ide pokok yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dalam hal ini untuk memperjelas ide pokok tersebut, maka perlu ditambahkan beberapa kalimat sebagai alasannya. Atau dapat dilengkapi dengan menunjuk contoh, ilustrasi sehingga ide pokok yang dinyatakan semakin jelas. Di samping itu, penyajian contoh yang memadai dapat membantu pemahaman bagi pembaca. 

(9) Urutan Paling Dikenal–Kurang Dikenal  

Untuk menambah kejelasan suatu paparan, penyajian ide dalam bentuk paragraf dapat dilakukan dengan memperkenalkan sesuatu yang sudah dikenal umum terlebih dahulu. Cara seperti ini dapat mengugah minat pembaca untuk mengikuti jalan pikiran penulis. Kemudian, perlahan–lahan pembaca digiring ke persoalan yang sebenarnya, yang dianggap kurang dikenal atau lebih sulit. Secara tidak sadar pembaca dapat manangkap ide penulis dengan sempurna. 

(10) Urutan Definisi 

Dalam hal ini sebuah paragraf diawali denagn penyajian sebuah definisi tentang persoalan yang diungkapkan. Lebih lanjut, definisi tadi dijelaskan dengan jalan memberikan uraian secukupnya, kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat. Ketiga syarat penyusunan paragraf di atas, seperti : kesatuan, koherensi, dan pengembangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah paragraf. Ketiga unsur ini sudah tercermin dalam pengertian paragraf yang dikemukan di depan. Dengan demikian, maka apabila terdapat paragraf yang disusun tanpa ketiga unsur tersebut, yakni dapat dianggap sebagai paragraf yang tidak baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggunaan Jalan, Jln., atau Jl. dalam Penulisan Surat

Soal Artikel, Kritik, dan Esai

Puisi Esai, Genre Baru dalam Kesusastraan Indonesia