Yamamore dan Legenda Pusentasi

 


Yamamore, seorang putri dari Raja Towale. Wajahnya cantik, seindah kecantikan Teluk Palu. Itugiama, sang raja, bangga akan kecantikan putrinya. Kabar akan kecantikan anak kesayangannya sudah tersebar hingga ke seluruh negeri Towale.

Kecantikan Yamamore tersiar sampai ke negeri Dompu. Raja Dombu pun penasaran dengan kecantikan Yamamore. Suatu ketika, Raja Dombu bertemu Raja Towale. Kepergian Raja Dombu ke Towale untuk melamar sang putri Towale. Keinginan Raja Dombu pun disampaikan kepada Yamamore.

“Putriku, engkau sudah dewasa. Sudah waktunya untuk menikah”, kata ibu Yamamore.

“Betul... Sudah saatnya engkau menjalin rumah tangga. Dirimu telah dewasa,” ucap Itugiama menegaskan perkataan istrinya.

Yamamore terdiam. Ia tidak tahu harus berbuat apa menghadapi situasi sulit seperti itu. Tatapannya kosong.

“Memang ini keputusan sulit, anakku. Raja Dombu datang menemui Ayahmu untuk melamarmu. Engkau harus terima Raja Dombu. Jika tidak, negeri ini akan diserang olehnya. Semua penduduk negeri akan menderita”, bujuk Daeyama kepada Yamamore.

“Saya tidak bisa menikah dengan orang yang saya tidak cintai,” jawab Yamamore.

Perasaan Yamamore campur aduk. Antara mengikuti perintah orang tuanya atau menolak keinginan Raja Dombu. Orang tua Yamamore tidak berhenti untuk membujuk

Yamamore. Sang putri akhirnya bersedia menerima lamaran Raja Dombu. Maka diperintahkanlah menteri-menteri untuk menyampaikan berita bahagia itu. Raja Towale juga mulai menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk pernikahan Yamamore dan Raja Dombu.

Sebelum pernikahan, Yamamore mengajukan dua syarat kepada Raja Dombu. Pertama, Raja Dombu harus mencuci selembar kain hitam menjadi kain putih. Yang kedua, Raja Dombu harus menebang serumpun bambu kuning tanpa menyentuh tanah lalu dibuang ke laut. Syarat yang diajukan Yamamore sebenarnya adalah bentuk penolakan halus kepada Raja Dombu. Sang Putri berharap Raja Dombu gagal. Jika gagal maka rencana perkawinan akan dibatalkan.

Raja Dombu mencoba menjawab permintaan sang putri. Hal yang tak diduga sang putri terjadi. Raja Dombu berhasil menyelesaikan tantangan dengan sukses. Kain yang semula hitam, berubah menjadi putih. Sedangkan serumpun bambu kuning dalam waktu yang singkat berhasil ditebasnya. Ia melayang di udara tanpa menyentuh tanah sedikit pun. Yamamore kaget. Ia tidak menyangka Raja Dombu menyelesaikan tantangan darinya.

Setelah kejadian itu, Yamamore melarikan diri dari istana. Ia pergi menghindari perkawinan paksa dengan Raja Dombu. Kerajaan Towale gempar. Raja Itugiama naik darah Ia menganggap dayang dan prajuritnya lalai dalam menjaga putrinya.

Itugima memerintahkan prajuritnya mencari Yamamore. Salah satu tempat yang dianggap pelarian Yamamore adalah daerah yang bernama Tanjung Lai. Para prajurit, dayang-dayang, serta kerabat kerajaan lainnya turut melakukan pencarian sampai ke Tanjung Lai. Maka di saat mereka melewati sebuah bukit menuju Tanjung Lai tampaklah sosok perempuan yang tak lain adalah Yamamore.

Yamamore sendiri mengetahui bahwa ia sedang dikejar. Ia terus berlari menyelamatkan diri sambil membawa sebuah bingga berisi pakaian. Di belakangnya terdengar suara, memanggil namanya berulang kali. Ia tidak memperdulikan panggilan tersebut.

“Yamamore... Yamamore! Kembalilah ke istana bersama kami”, teriak kakak Yamamore dari

kejauhan.

Yamamore terus berlari hingga sampai ke pinggir pantai. Ia lalu melompat menerobos deburan ombak yang keras. Pada kesempatan itu tubuhnya terlempar kembali ke daratan. Yamamore pun kembali ke darat mencari tempat persembunyian. Saat berlari ke daratan ia tersontak kaget karena melihat sebuah lobang besar seperti sumur. Saat itu Ia tidak tahu harus ke mana lagi. Badannya gemetar ketakutan. Ia bermohon kepada penguasa alam agar bisa pergi.

Ia mendengar suara gaib yang menyuruhnya masuk ke dalam lubang besar.

“Melompatlah ke dalam sumur ini. Tidak akan ada yang bisa menemukanmu di dalam sini”,

ujar suara gaib tersebut.

Tanpa pikir panjang Yamamore melompat ke sumur besar itu. Seperti ada yang menarik tubuhnya dan seketika air sumur pun jadi meluap. Yamamore lenyap ditelan air. Rombongan pencari hanya melongo melihat kejadian itu. Tampak gelembung air muncul dari dasar sumur. Akhirnya mereka pun kembali ke istana tanpa bisa membawa Yamamore pulang.

Sejak peristiwa itu, daerah tempat pelarian dan hilangnya Yamamore disebut dengan Pusentasi. Pusentasi berarti pusat laut. Puse artinya pusat dan tasi berarti laut. Sampai saat ini, kisah tentang putri Yamamore yang hilang di Pusentasi melegenda di kalangan masyarakat Donggala. Dari legenda Yamamore ini, sering ditemukan sosok manusia yang tak dikenal muncul dari dalam sumur. Sosoknya kadang tiba-tiba muncul dan hilang dalam sekejap. Menurut penuturan warga, sosok tersebut merupakan jelmaan dari Putri Yamamore yang mendiami telaga Pusentasi.

 

Tulisan ini merupakan hasil saduran dari karya Jamrin Abubakar. Cerita ini pernah dimuat dalm buku Kumpulan Cerita Rakyat Seri 6 terbitan SIP Publihing tahun 2023.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggunaan Jalan, Jln., atau Jl. dalam Penulisan Surat

Kalimat Efektif itu Kayak Apa sih?

Lembar Kerja Peserta Didik Teks Cerita Sejarah